Tawuran pelajar kini menjadi hal yang sering terjadi di lingkungan sekolah,tidak sedikit dari mereka yang terluka parah bahkan tewas .Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat,pihak sekolah,dan pemerintah nyatanya tidak bisa menghentikan tawuran yg terjadi .
Hal ini sangat tragis dan ironi sekali karena tawuran antar pelajar melibatkan anak-anak muda yang mempunyai intelektual, yang nantinya akan menjadi para penerus bangsa ini .Generasi muda yang merupakan cikal-bakal generasi bangsa tentunya perlu pengarahan, bimbingan dan tindakan yang bersifat meluruskan dan tidak menyebabkan adanya perlawanan. Sehingga generasi pelajar bisa menjadi penerus bangsa yang memiliki moralitas tinggi, berintelektual dan berkecerdasan .
Pada zaman saat ini, tawuran bagi para pelajar sudah bisa dikatakan menjadi trend, kebanggaan, tradisi atau bahkan sudah membudaya. Hal ini perlu adanya suatu tindakan yang jelas dari pihak-pihak yang berwenang seperti keluarga, lembaga pendidikan dan konstitusi pemerintah. Berbagai macam penyebab tawuran antar pelajar dari hal yang sepele sampai hal-hal yang formalitas.
Adanya pengaruh dari sekelompok tertentu yang dapat memacu adanya emosi dan egosentrisme yang mereka tonjolkan,sehingga menimbulkan perkelahian yang membuat mereka merasa bangga meskipun bersifat negatif .Banyak faktor yang dapat memicu terjadinya tawuran,yaitu faktor internal dan faktor eksternal .
1.faktor Internal(Diri Sendiri)
Remaja cenderung mengundang resiko,
masa omantisme dan nostalgia orang dewasa terhadap masa itu berada sekitar
eksploitasi masa remaja yang mengundang resiko.
Disatu pihak, remaja memiliki
kemampuan orang dewasa, tetapi dilain pihak belum memiliki kewenangan untuk
menggunakan kemampuan itu.
Keterbatasan perspektif
remaja menyebabkan remaja sulit menunda pemuasan keinginan seketika, sehingga
remaja lebih mirip anak kecil yang berbadan besar dari pada orang dewasa.
Disamping itu, seorang remaja masih memiliki tingkat emosi yang masih labil.
Aspek kedua pada remaja
adalah pemberontakan yaitu ketegangan wajar yang terdapat antar remaj dan
otoritas sebagai suatu dinamika dalam pengembangan individuasi. Jika seorang
remaja mampu mengatasi masalah ini dengan mengembangkan jati dirinya di suatu
pihak dan menghormati otoritas dilain pihak maska proses ini akan menuntun
seorang remaja menjadi dewasa.
Suatu hal yang penting dalam
pembentukan individuasi adalah kekuatan dan kemampuan. Yaitu mengetahui apa
yang dininginkan dan dipikirkannya, bebas dari apa yang mungkin diinginkan atau
dipikirkan oleh orang lain, namun kemauan bebas tanpa kemampuan merencana dan
menunda pemuasan keinginan seketika(kendali diri) adalah penyebab utama dari
faktor dorongan untuk melakukan suatu perbuatan yang bebas. Dan akan bisa
menyebabkan adanya suatu interaksi yang dapat mengundang protes dan bahkan
terjadi penyimpangan. Dari penyimpangan itulah akan berkoonsekuensi pada pihak
individu sosial lain sehingga terjadi tauran dan sebagainya.
2. Faktor Eksternal
1. Keluarga(Orang tua)
Remaja yang terlalu
dikendalikan orang tua akan gagal memenuhi funhsi kemandirian orang dewasa,
sehingga dia tidak mampu menghargai dirinya sebagai individu yang mandiri.
Berlainan dengan penampilan luarnya remaja ini sangat rawan terhadap tekanan
kelompok sebaya. Mereka akan mudan menyerahkan tuntutan pada oranag lain dan
mencari kebebasan semu pada teman sebayanya untuk menggantikan fungsi dari
oranag tua. Respon lain dari orang tua yang tidak mendorong fungsi indiviiduasi
anak adalah orang tua yang mengabaikan tanggung jawab terhadap pernyataan
kemauan anak. Orang tua, agama dan budaya memberi nilai-nilai dan batasan-
batasan serta tradisi dan ritual pada seorang anak yang baiik dan penting bagi
pengenbangan kendali diri yang merupakan penyeimbang pada kemauan bebas orang
dewasa .
Orang tua tidak dapat
mengabaikan tanggung jawabnya dalam dimensi rohani. Perkembangan jati diri yang
sehat tergantung pada keseimbangan anatara keinginan pribadi dan kemauan di
satu pihak, dan dipihak laik kendalai diri serta nilai-nilai sosial. Orang tua
menjadi model (teladan) baik dalam minat sosial maupun minat pribadi dari seorang
anak. Jika orang tua memilki rasa belas kasihan dan kasih sayang, bukan dendam,
benci atau egois, maka seorang remaja akan sanggup melampaui kekuatan kelompok
sebayanya. Sehingga dia tidak menjadi korban dari pemngaruh kelompok sebaya
yang berlebihan. Sebaliknya jika tidak ada model dalam nilai, atau orang tua
lalai memperhatikan perkembangan moral anak, maka akan mudah terpengaruh pada
kelompok sebayanya.
Jika proses individuasi
berhasil, kepribadian yang muncul adalah gabungan model yang diperolaeh dari
orang tua, masyarakat, dan pengalaman pribadi. Kepriadian seorang remaja yang
demikian ditandai dengan kekuatan, kemauannya dan integritas dirinya sehingga
hidupnya dipimpin oleh nilai etika dan idealis. Nilai-nilai diturunkan dari
generasi, melauli dua lembaga sosial yakni budaya dan keluarga. Orang tua
melalui perkataan dan perbuatannya adalah penerus utama nilai-nilai sosial bagi
seorang remaja yaitu tentang bagaimana berprilaku (etika), prioritas
(nilai-nilai) dan tujuan (cita-cita) yang dilakukan melalui tradisi dan
enkulturasi.
2.Tekanan Kelompok
Sebaya
Tekanan kelompok sebaya
berpengaruh kuat terhadap terjadinya tauran antar pelajar. Semua remaja pasti
merasa cemas jika di tolak oleh lingkungannya. Sehingga remaja tersebut
berusaha untuk mencari persetujuan dari kelompoknya dengan berbagai cara yang
dapat di gunakan,walaupun cara tersebut salah.
Remaja sangat peka
terhadap nilai- nilai kelompok sebaya dalam penampilan,prilaku, dan sikap.
Jarang seorangremaja yang memiliki kemauan ego yang kuat berdiri teguh,terpisah
dari nilai-nilai kelompok sebayanya. Suasana hatinya sebagian besar dari
perjuangan terus menerus untuk memenangkan peperangan itu dan untuk berada
dalam persetujuan kelompok sebayanya.di kalangan remaja tauran antar pelajar
biasanya di gunakan untuk menunjukkan siapa diantara mereka yang terkuat,baik
itu antara individu dan kelompok.oleh karena itu remaja rawan terhadap tauran
antar pelajar.
Cara mencegah dan Mengatasi terjadinya tauran antar pelajar
1.
Dengan memandang masa remaja merupakan periode storm and drang period
(topan dan badai) dimana gejala emosi dan tekanan jiwa, sehingga perilaku
mereka mudah menyimpang. Maka pelajar sendiri perlu mengisi waktu luangnya
dengan kegiatan yang lebih bermanfaat, Seperti Mengikuti kegiatan kursus,
berolahraga, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, dll.
2. Lingkungan keluarga juga dapat melakukan pencegahan
terjadinya tawuran, dengan cara:
a.
Mengajarkan anak dengan baik.
- Penuh kasih sayang
- Penanaman disiplin yang baik
- Ajarkan membedakan yang baik dan buruk
- Mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung
jawab
- Mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat
baik atau mencapai prestasi tertentu
b.
Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat:
Hal ini membuat anak rindu untuk pulang ke rumah.
c.
Meluangkan waktu untuk kebersamaan
Orang tua menjadi contoh yang baik dengan tidak menunjukan
perilaku agresif, seperti: memukul, menghina dan mencemooh.
d.
Memperkuat kehidupan beragama
Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan
memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari – hari.
e.
Melakukan pembatasan dalam menonton adegan film yang terdapat tindakan
kekerasannya dan melakukan pemilahan permainan video game yang cocok dengan
usianya.
f. Orang
tua menciptakan suasana demokratis dalam keluarga, sehingga anak memiliki
keterampilan social yang baik. Karena kegagalan remaja dalam menguasai
keterampilan sosial akan menyebabkan ia sulit meyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar. Sehingga timbul rasa rendah diri, dikucilkan dari
pergaulan, cenderung berperilaku normatif (misalnya, asosial ataupun
anti-sosial).Bahkan lebih ekstrem biasa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa,
kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
Sekolah juga memiliki peran dalam mengatasi pencegahan
tawuran, diantaranya:
a.
Menyelenggarakan kurikulum Pendidikan yang baik adalah yang bias
Mengembangkan secara seimbang tiga potensi, yaitu berpikir,
berestetika, dan berkeyakinan kepada Tuhan.
b.
Pendirian suatu sekolah baru perlu dipersyaratkan adanya ruang untuk
kegiatan olahraga, karena tempat tersebut perlu untuk penyaluran agresivitas
remaja.
c.
Sekolah yang siswanya terlibat tawuran perlu menjalin komunikasi dan
koordinasi yang terpadu untuk bersama-sama mengembangkan pola penanggulangan
dan penanganan kasus. Ada baiknya diadakan pertandingan atau acara kesenian
bersama di antara sekolah-sekolah yang secara “tradisional bermusuhan” itu.
4. LSM dan Aparat Kepolisian
LSM disini dapat melakukan kegiatan penyuluhan di
sekolah-sekolah mengenai dampak dan upaya yang perlu dilakukan agar dapat
menanggulangi tawuran. Aparat kepolisian juga memiliki andil dalam menngulangi
tawuran dengan cara menempatkan petugas di daerah rawan dan melakukan razia
terhadap siswa yang membawa senjata tajam.
Terima kasih
GERA GENARDYA
JURUSAN SISTEM INFORMASI
KELAS 1KA03~